Tabrakan antara dua bintang di luar angkasa pada 2017 menyisakan hal yang mengesankan bagi para astronom. Material yang dihasilkan dari tabrakan tersebut rupanya melesat dengan tujuh kali kecepatan cahaya. Sebetulnya, kecepatan itu terbilang mustahil jika dipandang dari kacamata manusia dan hukum fisika yang kita mengerti. Fenomena tersebut disebut dengan kecepatan superluminal, yang terlepas dari namanya berarti sebuah ilusi yang didasarkan pada sudut pandang manusia.
“Hasil penelitian kami mengindikasikan bahwa material itu paling tidak terpental dengan 99,97 persen kecepatan cahaya,” ujar Wenbin Lu, astronom dari University of California, Berkeley seperti dikutip ScienceAlert. Setelah sudut pandangnya dikoreksi, material tersebut ternyata benar-benar melesat dengan sangat cepat. Data itu diperoleh dari teleskop Hubble yang melakukan observasi sekitar delapan hari, disusul observasi lagi 159 hari setelah tabrakan tersebut.
Hubble tidak sendirian mengamati fenomena tersebut. Satelit Gaia dari Badan Antariksa Eropa (ESA), dan beberapa teleskop radio dari National Science Foundation juga mengamatinya. Para ahli lalu mengolah data tersebut dan menemukan semacam ukuran ynag disebut VLBI (Very Long Baseline Interferometry). Berdasarkan deret observasi dan analisa berbulan-bulan itulah, para astronom yang dipimpin Kunal Mooley juga dapat pertama kali mengidentifikasi kemudian melacak pergerakan material tersebut. Istilah pergerakan superluminal sendiri terjadi ketika sesuatu meluncur ke arah kita dalam kecepatan yang luar biasa, sangat dekat dengan garis pandang kita. Saat obyek itu mendekat, jarak ang dibutuhkan cahayanya untuk sampai ke kita memendek, sesuatu yang biasana tidak kita sadari sehari-hari, di mana cahaya bergerak dengan sangat instan.